Kasus Flu A H3N2 Meningkat, Kemenkes Minta RI Waspada Gelombang Baru

Jumat, 17 Oktober 2025 | 11:14:53 WIB
Kasus Flu A H3N2 Meningkat, Kemenkes Minta RI Waspada Gelombang Baru

JAKARTA - Kasus influenza kembali menjadi sorotan setelah Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI memperingatkan potensi peningkatan infeksi influenza A, khususnya subtipe H3N2, yang kini mulai mendominasi di kawasan Asia Tenggara.

 Fenomena ini menandakan bahwa Indonesia perlu lebih waspada menghadapi gelombang baru penyakit pernapasan musiman yang bisa berdampak besar pada sistem kesehatan.

Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui platform FluNet, kasus paparan influenza di Indonesia mayoritas juga berasal dari varian influenza A (H3N2). 

“Dari data WHO, terbanyak influenza A (H3),” ujar Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI, Aji Muhawarman, saat dikonfirmasi, Kamis 16 Oktober 2025

Meski demikian, Aji mengaku belum bisa merinci wilayah mana di Indonesia yang mencatat kasus terbanyak. Ia menegaskan bahwa Kemenkes terus memantau situasi melalui sistem surveilans sentinel yang tersebar di berbagai daerah.

Tren Regional: Influenza A Mendominasi Asia Tenggara

Kecenderungan peningkatan kasus influenza A bukan hanya terjadi di Indonesia. Menurut Dicky Budiman, praktisi global health security dan pakar epidemiologi, tren dominasi flu A H3N2 kini terlihat jelas di tingkat regional bahkan global.

“Secara regional Asia Tenggara bahkan global, tahun ini influenza A, khususnya subtipe A H3N2, dilaporkan dominan di beberapa zona dan berkontribusi besar terhadap peningkatan kasus,” jelasnya.

WHO mencatat lonjakan aktivitas influenza A H3N2 di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Salah satu kasus paling mencolok terjadi di Thailand, di mana terdapat 702.308 kasus dan 61 kematian akibat influenza sejak 1 Januari hingga 8 Oktober 2025.

 “Ini menunjukkan gelombang nyata di kawasan ASEAN,” lanjut Dicky.

Dampak Klinis: Rawat Inap Lebih Lama dan Risiko Komplikasi

Influenza A bukan sekadar flu biasa. Dicky menjelaskan, berbagai penelitian menunjukkan bahwa virus ini menjadi penyebab dominan pasien dewasa dirawat karena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). 

Durasi rawat inap rata-rata bahkan mencapai 9 hingga 10 hari, lebih panjang dibandingkan infeksi virus lain.

“Ini mendukung pengamatan bahwa pada gelombang tertentu, flu A bisa menimbulkan beban rumah sakit yang besar, jadi harus waspada,” katanya.

Namun, Dicky menegaskan bahwa dominasi subtipe flu berbeda-beda setiap waktu dan wilayah. 

“Dominasi flu A H3N2 bersifat spasial dan temporal, tidak otomatis semua negara memiliki pola yang sama,” ujarnya. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya memantau data lokal untuk memahami dinamika penularan di Indonesia.

Mayoritas penderita flu memang dapat pulih dalam waktu 1–2 minggu. Namun, pada kasus influenza A, gejala sering kali lebih berat: demam tinggi, batuk berkepanjangan, hingga komplikasi seperti pneumonia sekunder, yang menyebabkan masa perawatan lebih panjang.

Kelompok Rentan Perlu Perlindungan Ekstra

Anak kecil dan lansia menjadi kelompok yang paling rentan mengalami infeksi berat akibat influenza A. Kondisi ini dipengaruhi oleh sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah, serta kemungkinan munculnya varian baru dan ketidaksesuaian vaksin musiman.

Selain itu, infeksi ganda dengan COVID-19 juga bisa memperparah kondisi pasien. “Flu A menyebabkan lebih banyak rawat inap dengan durasi lebih lama karena komplikasi pneumonia sekunder, eksaserbasi asma, atau efek batuk berkepanjangan,” jelas Dicky.

Situasi di Amerika Serikat menjadi gambaran betapa seriusnya ancaman flu kali ini. Di negara tersebut, musim influenza tahun ini menimbulkan beban rumah sakit yang lebih berat serta potensi kematian lebih tinggi dibanding musim flu sebelumnya.

Pencegahan: Vaksinasi dan Kebersihan Diri Tetap Jadi Kunci

Menyikapi tren ini, Dicky menekankan pentingnya tindakan pencegahan sederhana yang bisa dilakukan masyarakat. Langkah utama adalah vaksinasi flu musiman, terutama bagi kelompok berisiko tinggi seperti anak-anak, lansia, ibu hamil, penderita penyakit kronis, dan mereka yang sering bepergian.

“Kelompok berisiko tinggi harus divaksinasi flu. Gejala berat yang perlu diwaspadai antara lain demam tinggi dan sesak napas,” ujarnya.

Selain vaksinasi, penerapan perilaku hidup bersih juga tidak kalah penting. Dicky mengimbau masyarakat untuk tetap mencuci tangan secara rutin, menggunakan masker di tempat padat, serta mengisolasi diri bila mengalami gejala flu.

“Untuk masyarakat, bila mengalami demam, batuk, pilek, sebaiknya istirahat di rumah, minum air hangat, dan konsumsi obat pereda demam sesuai anjuran. Jangan berangkat sekolah atau kerja dulu satu-dua hari,” imbaunya.

Waspada Gelombang Baru, Perkuat Sistem Kesehatan

Kemenkes RI menilai, meningkatnya kasus influenza A di kawasan ASEAN harus dijadikan peringatan bagi Indonesia untuk memperkuat sistem kewaspadaan dini. 

Penguatan surveilans, pembaruan data kasus, serta kesiapan fasilitas kesehatan menjadi langkah penting menghadapi potensi lonjakan pasien flu di akhir tahun. Dicky juga menegaskan bahwa meskipun mayoritas kasus flu bisa sembuh tanpa komplikasi, pemerintah dan masyarakat tidak boleh lengah. 

“Dalam menghadapi lonjakan kekhawatiran ini, penting untuk memastikan data lokal diperbarui secara rutin dan fasilitas kesehatan siap menghadapi potensi peningkatan pasien influenza A,” ujarnya.

Dengan tingkat mobilitas masyarakat yang tinggi dan cuaca yang mulai tidak menentu, risiko penyebaran flu semakin besar. 

Kesiapsiagaan dan kedisiplinan individu dalam menjaga kesehatan akan menjadi penentu utama agar Indonesia tidak ikut terseret dalam gelombang besar influenza A seperti yang kini melanda negara tetangga.

Terkini