Bank Domestik Dominasi Kepemilikan SRBI, Angka Tertinggi Tahun Ini

Jumat, 17 Oktober 2025 | 16:11:54 WIB
Bank Domestik Dominasi Kepemilikan SRBI, Angka Tertinggi Tahun Ini

JAKARTA - Instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) kembali menarik perhatian perbankan, terbukti dari meningkatnya kepemilikan bank di instrumen ini setelah sempat menurun beberapa bulan sebelumnya. 

Data terbaru menunjukkan angka kepemilikan yang mencapai rekor tertinggi sepanjang 2025, mengindikasikan kepercayaan dan strategi bank dalam memanfaatkan instrumen bank sentral untuk menjaga likuiditas serta stabilitas aset mereka. 

Fenomena ini menegaskan bahwa SRBI tetap menjadi pilihan utama perbankan dalam mengelola portofolio investasi mereka, di tengah dinamika pasar keuangan domestik dan global.

Lonjakan Kepemilikan Bank

Kepemilikan bank di SRBI tercatat sebesar Rp 587,5 triliun per September 2025, angka tertinggi sepanjang tahun ini. Lonjakan ini menunjukkan bahwa perbankan domestik kembali menaruh kepercayaan pada instrumen milik Bank Indonesia, meski sebelumnya sempat menurun di tengah penyesuaian portofolio mereka. 

Kepemilikan yang meningkat ini juga mencerminkan strategi bank untuk mempertahankan likuiditas sekaligus memanfaatkan instrumen yang relatif aman. Hal ini menjadi sinyal positif bagi kestabilan sistem keuangan nasional, karena bank memperkuat posisinya dalam instrumen berisiko rendah dan likuid.

Selain itu, lonjakan kepemilikan bank juga menunjukkan kemampuan perbankan dalam menyesuaikan strategi investasi sesuai tren pasar. Dengan nilai kepemilikan yang mencapai rekor, bank menunjukkan fleksibilitas dan ketahanan dalam menghadapi fluktuasi pasar. 

Kenaikan ini memberikan indikasi bahwa SRBI tetap menjadi instrumen yang menarik dan strategis untuk pengelolaan dana jangka pendek maupun sebagai cadangan likuiditas.

Kondisi ini juga menjadi catatan penting bagi Bank Indonesia, karena kepemilikan bank yang tinggi dapat memengaruhi efektivitas kebijakan moneter, terutama dalam mengelola likuiditas sistem perbankan. Dengan jumlah kepemilikan bank yang signifikan, BI dapat lebih mudah menstabilkan pasar keuangan melalui instrumen ini.

Tren Penurunan Sebelumnya

Sebelumnya, bank sempat mengurangi kepemilikan SRBI hingga posisi terendah pada Juni 2025, yaitu sekitar Rp 523,49 triliun. Penurunan ini sempat menimbulkan pertanyaan mengenai strategi likuiditas perbankan di tengah kondisi pasar yang dinamis. 

Banyak analis melihat bahwa pengurangan kepemilikan ini bersifat sementara, karena bank melakukan penyesuaian portofolio mereka terhadap kebutuhan likuiditas dan strategi investasi jangka pendek.

Tren penurunan sebelumnya juga memberikan konteks terhadap lonjakan kepemilikan saat ini. Dengan penurunan sementara pada Juni, bank kemudian menyesuaikan kembali kepemilikannya untuk memanfaatkan peluang yang ada di pasar. 

Hal ini menunjukkan bahwa perbankan mampu mengelola risiko dengan baik, serta menjaga keseimbangan antara kebutuhan likuiditas dan peluang investasi yang aman.

Selain itu, penurunan sementara ini menandai dinamika pasar yang normal, di mana bank melakukan rotasi aset untuk menyesuaikan dengan kondisi keuangan internal maupun perubahan kebijakan moneter. 

Dengan pemahaman ini, lonjakan kepemilikan saat ini menjadi bukti bahwa bank tetap menganggap SRBI sebagai instrumen penting dan strategis dalam pengelolaan portofolio mereka.

Peran Investor Asing

Kenaikan kepemilikan bank juga dipicu oleh menurunnya kepemilikan investor asing, yang turun menjadi Rp 90,82 triliun dari posisi sebelumnya Rp 190,06 triliun pada Juni 2025. 

Penurunan partisipasi investor asing memberikan kesempatan bagi perbankan domestik untuk meningkatkan porsi kepemilikannya, sehingga proporsi kepemilikan bank semakin dominan di SRBI. Kondisi ini menunjukkan bahwa bank lokal lebih siap dan cepat menyesuaikan strategi investasi dibanding investor asing.

Peran investor asing dalam SRBI memang signifikan, namun ketika kepemilikannya menurun, bank domestik dapat mengambil alih untuk menjaga stabilitas pasar. Hal ini mencerminkan fleksibilitas dan respons cepat perbankan dalam memanfaatkan peluang investasi. 

Selain itu, dominasi bank dalam kepemilikan SRBI memberikan keuntungan strategis, karena mereka mampu menyesuaikan portofolio dengan kebutuhan likuiditas internal serta perubahan kebijakan moneter dari Bank Indonesia.

Dominasi kepemilikan bank juga memiliki dampak positif bagi pasar keuangan domestik. Dengan proporsi kepemilikan yang meningkat hingga 82,79%, bank memiliki peran sentral dalam memastikan stabilitas instrumen keuangan ini. 

Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa SRBI tetap menjadi instrumen unggulan yang aman dan likuid, menjadi pilihan utama perbankan dalam strategi pengelolaan dana mereka.

Tren Penerbitan SRBI

Di sisi lain, total SRBI yang diterbitkan oleh Bank Indonesia menunjukkan tren penurunan, hingga September 2025 nilainya tercatat Rp 709 triliun, terendah sejak Juni 2024. Penurunan jumlah SRBI yang diterbitkan menegaskan bahwa pasokan instrumen ini mulai menyesuaikan dengan kondisi likuiditas dan kebutuhan pasar. 

Dengan total penerbitan yang menurun, peran bank dalam menahan kepemilikan menjadi semakin signifikan, sehingga porsi mereka meningkat secara substansial dibanding akhir 2024, yang hanya sekitar 60,67%.

Tren penerbitan yang menurun ini juga menandai bahwa Bank Indonesia menjaga keseimbangan antara likuiditas pasar dan kebutuhan stabilisasi moneter. Dengan jumlah yang lebih terbatas, bank memiliki peluang untuk meningkatkan kepemilikan dan memanfaatkan instrumen ini sebagai sarana pengelolaan portofolio yang aman.

Selain itu, tren penurunan penerbitan SRBI sekaligus menegaskan posisi strategis perbankan dalam instrumen ini. Dengan proporsi kepemilikan bank yang semakin dominan, BI dapat lebih mudah mengimplementasikan kebijakan moneter melalui SRBI, termasuk menjaga stabilitas pasar dan mendukung strategi likuiditas bank.

Lonjakan kepemilikan bank ini menunjukkan bahwa SRBI tetap menjadi instrumen keuangan yang sangat diminati, aman, dan strategis untuk pengelolaan dana perbankan.

Terkini